Senin, 21 April 2025

KARTINI YANG TAK DIAM

[ Puisi ]


Sumber: Pinterest


Ia tidak lahir hanya untuk dihafal
di baris keempat puisi lomba sekolah
atau disematkan di status WhatsApp setahun sekali
dengan kutipan yang dipotong setengah hati.

Kartini bukan perayaan yang dibingkai
dengan lomba masak, balut kebaya,
lalu dibungkam setelah foto diunggah
dan disisihkan ketika suara mulai lantang.

Ia adalah gadis 17 tahun
yang memilih kuliah teknik
meski semua bilang,
nanti juga tetap menikah dan tak jadi apa-apa.

Ia hidup di perempuan yang menolak lupa,
tentang hak yang direbut perlahan, tentang gaji yang tak sepadan,
tentang kata “ambisius” yang dilempar
seolah racun di lidah mereka.

Kartini ada di dapur dan di rapat direksi,
di balik gendongan dan laptop yang menyala,
di toko kecil dengan neon yang nyala redup,
di tangan ibu yang tak lelah menjahit
mimpi anaknya dari sisa benang harapan.

Bukan Kartini yang duduk diam di museum,
tapi yang berdiri tegak di demo buruh
dengan suara serak tapi yakin
menyebut “adil” tanpa takut dipenjara.

Ia hadir dalam setiap “tidak apa-apa”
yang disembunyikan di balik air mata,
dan setiap “aku bisa”
yang tumbuh dari luka yang dijaga.

Ia bukan pahlawan sempurna,
tidak selalu kuat, tidak selalu siap,
tapi ia berjalan terus, meski dunia berulang kali menyuruhnya berhenti.

Hari ini,
jika kau masih bertanya:
“Di mana Kartini sekarang?”
Lihat perempuan yang memilih tetap bangkit
setiap kali dunia coba merundungkannya kecil.

Karena Kartini bukan tokoh yang selesai dicerita,
ia adalah paragraf yang terus ditulis ulang
oleh tangan-tangan yang tak lagi ingin diam
dan suara-suara yang tak lagi mau ditundukkan.

Karya: Fazila
Editor: Indepth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar