Sabtu, 29 Maret 2025

USMAR ISMAIL, SOSOK DI BALIK BAPAK FILM NASIONAL

[ Artikel ]


Sumber: Kuasa.kata.com


Usmar Ismail adalah sosok penting dalam sejarah perfilman Indonesia. Lewat film-filmnya, ia tidak hanya membentuk identitas perfilman nasional, tetapi juga menjadi media untuk menyuarakan realitas kehidupan masyarakat pasca kemerdekaan. Kontribusinya yang besar dalam dunia perfilman membuatnya dijuluki sebagai Bapak Film Nasional. Dikutip dari kompas.com, selain dijuluki sebagai Bapak Film Nasional, pada 10 November 2021, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Usmar Ismail, seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia. Pemberian gelar ini dilakukan secara resmi di Istana Negara berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021.

Usmar Ismail lahir pada 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatera Barat dan wafat pada 2 Januari 1971 di usianya yang hampir genap lima puluh tahun. Usmar menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Indonesia, ia melanjutkan studi ke University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat. Sejak muda, ia aktif di dunia sastra dan teater. Ia mendirikan kelompok Sandiwara Maya pada tahun 1943 bersama abangnya, El Hakim, dan tokoh-tokoh sastra lainnya seperti Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, serta H.B. Jassin. Kelompok ini dianggap sebagai awal mula lahirnya teater modern di Indonesia.

Pasca kemerdekaan, Usmar berkarier sebagai wartawan dan turut mendirikan surat kabar Rakyat, harian Patriot, serta bulanan Arena. Namun, minatnya pada dunia film semakin kuat. Hingga pada tahun 1950 ia mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (PERFINI), yang menjadi salah satu langkah awal dalam membangun industri film nasional. Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, Usmar mendirikan PERFINI, rumah produksi pertama yang sepenuhnya dikelola oleh orang Indonesia tanpa campur tangan asing. 

Salah satu karya pentingnya adalah Darah dan Doa, yang menjadi film pertama diproduksi oleh PERFINI. Film ini seringkali dianggap sebagai film Indonesia "nasional" pertama karena merupakan film yang disutradarai oleh orang Indonesia asli, diproduksi oleh perusahaan film Indonesia, dan diambil gambarnya di Indonesia. Selain itu, Usmar juga beranggapan bahwa Darah dan Doa mencerminkan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, tanggal 30 Maret yang bertepatan dengan hari pertama syutingnya, kemudian ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

Pengaruhnya dalam dunia perfilman masih terasa hingga kini. Semangat dan dedikasi Usmar Ismail terus menginspirasi generasi muda dalam berkarya. Keberaniannya menyuarakan realitas sosial melalui film menjadi teladan bagi sineas yang ingin menghadirkan karya bermakna. Warisan yang ia tinggalkan tidak hanya mengukir sejarah, tetapi juga memberikan arah bagi masa depan perfilman Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan atas dedikasinya dalam dunia perfilman, pemerintah mengabadikan namanya dalam Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail di Jakarta.

Usmar Ismail bukan hanya seorang sutradara, tetapi juga tokoh penting dalam perkembangan film Indonesia. Lewat karyanya, ia membuktikan bahwa film dapat merekam sejarah, menyuarakan realitas sosial, dan memperkuat identitas bangsa. Hingga kini, pemikirannya masih menginspirasi sineas muda. Oleh karena itu, tidak heran jika ia dikenang sebagai Bapak Film Nasional, dan Hari Film Nasional yang diperingati setiap 30 Maret menjadi bentuk penghormatan atas jasanya.

Karya: Ismi 

Editor: Indepth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar