[ E-Koran ]
E-Koran Raden Intan Edisi VIII |
[ E-Koran ]
E-Koran Raden Intan Edisi VIII |
[ Artikel ]
Sumber: Kompas.com |
Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional yang merupakan sebuah momen penting dalam menegaskan posisi batik sebagai salah satu warisan budaya dunia. Dilansir dalam laman itjen.kemdikbud.go.id awalnya, batik diperkenalkan kepada dunia Internasional oleh Presiden Soeharto saat mengikuti konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Batik Indonesia kemudian didaftarkan untuk mendapatkan status Intangible Cultural Heritage (ICH) melalui The United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 4 September 2008 di Jakarta.
Pada 9 Januari 2009, pengajuan batik untuk Warisan Kemanusiaan Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO diterima secara resmi. Batik pun dikukuhkan sebagai bagian dari warisan budaya benda dalam sidang keempat Komite Antar-Pemerintah yang diselenggarakan oleh UNESCO di Abu Dhabi pada tanggal 2 Oktober 2009. Dikutip melalui laman detiknews.com Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadikan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009 yang dikeluarkan pada tanggal 17 November 2009. Melalui Keputusan Presiden ini, Kementerian Dalam Negeri kemudian menerbitkan Surat Edaran yang mengimbau seluruh pegawai pemerintah di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten untuk mengenakan batik setiap Hari Batik Nasional.
Batik adalah seni melukis kain yang menggunakan teknik pewarnaan tertentu, di mana pola dan motifnya tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga memiliki makna yang dalam. Setiap motif batik mengandung filosofi dan simbolisme yang mencerminkan nilai-nilai budaya di masyarakat. Contohnya, motif "Kawung" yang melambangkan keseimbangan atau "Sido Luhur" yang mencerminkan harapan untuk mencapai derajat yang tinggi. Keberagaman motif batik dari berbagai daerah di Indonesia mencerminkan keunikan budaya masing-masing, dari batik Pekalongan yang cerah hingga batik Yogyakarta yang elegan.
Perayaan Hari Batik Nasional sering kali diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari festival batik, pameran, hingga lomba desain batik. Masyarakat diajak untuk mengenakan batik dalam berbagai kesempatan, baik di sekolah, kantor, maupun acara formal. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya batik, tetapi juga memperkuat rasa cinta dan bangga terhadap warisan budaya bangsa.
Batikan sebagai Komoditas Global yang mana seiring dengan perkembangan zaman, batik semakin diminati di pasar Internasional. Banyak desainer global yang mulai mengintegrasikan motif batik dalam karya mereka, menunjukkan bahwa batik mampu bersaing di panggung dunia mode. Dukungan pemerintah dan komunitas lokal dalam promosi batik juga sangat penting. Melalui pelatihan dan pemasaran yang efektif, pengrajin batik dapat mengembangkan produk mereka, menciptakan inovasi yang relevan dengan tren pasar, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Pelestarian dan pengembangan batik guna menjaga agar batik tetap relevan. Upaya pelestarian harus dilakukan secara berkelanjutan. Ini mencakup pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda tentang teknik dan filosofi batik, serta pengenalan batik ke dalam kurikulum pendidikan. Melalui pendekatan ini, diharapkan batik tidak hanya menjadi warisan masa lalu, tetapi juga akan terus hidup dan berkembang di tangan generasi penerus.
Semaraknya Hari Batik Nasional adalah panggilan untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya yang memikat ini. Batik adalah cerminan kekayaan budaya Nusantara yang tidak hanya menawan di mata, tetapi juga sarat dengan makna. Dengan mengenakan batik, kita turut berkontribusi dalam pelestarian dan pengembangan warisan budaya yang luar biasa ini. Sekaligus memperkenalkan keindahan batik kepada dunia. Mari bersama-sama semarakkan Hari Batik Nasional dan banggakan warisan kita!
Karya: Nami
Editor: Ega