Artikel
Sumber: Tribunnews.com |
Idul Fitri merupakan Hari Raya yang dirayakan oleh seluruh umat Islam di dunia, setelah berakhirnya bulan Ramadan. Idul Fitri jatuh pada tanggal 01 Syawal Tahun Hijriah. Ini merupakan momen penting sekaligus kabar gembira, sebab umat Islam merayakan kesempatan yang diberikan selama bulan Ramadan dan menyambut Idul Fitri dengan kegembiraan serta rasa syukur.
Sedangkan bulan Syawal merupakan bulan untuk meningkatkan ketakwaan sekaligus mengimplementasikan nilai-nilai bulan Ramadan yang telah dijalani. Selama berada di bulan Ramadan, umat Islam berlomba-lomba untuk mengerjakan amal kebaikan dan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya dari Allah Swt. serta berusaha menjauhi segala kemaksiatan untuk memperoleh rahmat, ampunan, dan mendapatkan gelar takwa.
Ramadan mengajarkan kita untuk selalu bersemangat dalam menjalani ibadah dan beramal saleh. Namun kini bulan Ramadan akan segera berakhir dan pergi meninggalkan kita. Pertanyaannya, apakah keimanan yang sudah kita selama bulan Ramadan akan sama dengan bulan-bulan berikutnya? Setelah berakhirnya bulan Ramadan, umat Islam berharap agar mampu mempertahankan ibadah dan amalan saleh kita, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Berikut ini ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk tetap menjaga iman setelah bulan Ramadan, sebagaimana yang dikutip melalui laman kabarmakassar.com:
1. Muhasabah
Muhasabah adalah kegiatan introspeksi diri terhadap semua proses perjalanan ibadah selama bulan Ramadan. Muhasabah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri terkait;
a). Apa saja kegiatan yang sudah kita lakukan selama bulan Ramadan?
b). Apakah kita sudah memiliki niat yang benar dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadan?
c). Pernahkah kita melanggar kewajiban-kewajiban selama bulan Ramadan?
Tentu saja pertanyaan-pertanyaan introspeksi lainnya guna mengevaluasi ibadah kita selama ini. Jawaban dari pertanyaan ini akan memotivasi kita untuk lebih bersemangat lagi dalam memperbaiki diri.
Terkait pentingnya Muhasabah ini, Rasulullah saw. bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt.,” (HR. Tirmidzi).
2. Mujahadah
Mujahadah yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadan. Di bulan Syawal kita harus bertekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadan.
Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Oleh sebab itu, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita dapat kita lalui. Allah Swt. telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 69:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Wallaziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa, wa innalloha lama'al-muhsiniin
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
3. Muraqabah
Muraqabah yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan Muraqabah ini, akan muncul kesadaran diri selalu diawasi oleh Allah sekaligus memunculkan kewaspadaan untuk tidak melanggar perintah-perintah-Nya.
Sikap-sikap ini merupakan nilai-nilai yang ada dalam diri orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah orang-orang yang yakin dan percaya kepada yang gaib dan tidak tampak oleh mata. Rasulullah saw. bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu…” (HR. Bukhari).
4. Kesabaran
Dikutip melalui laman islamdigest.republuka.co.id melakukan sebuah amalan dan suatu kebiasaan selama bulan Ramadan adalah bagian dari sesuatu yang sangat penting yang biasa disebut dengan sabr (kesabaran).
Ada yang dapat kita lakukan untuk memiliki kesabaran, yakni mengatasi kemalasan ketika kita mencoba untuk mencapai kesabaran dalam ibadah. Jadi, jika kita menjalankan shalat lima waktu secara teratur, yang perlu kita lakukan adalah menambah beberapa shalat sunah atau apapun yang membuat kita nyaman dalam melaksanakan shalat.
5. Istiqomah Lisan
Dikutip melalui laman kalam.sindonews.com, pertanda keistiqomahan seseorang yang paling terlihat ialah Istiqomah lisan, sebab lurusnya lisan maka akan ikut lurus lah amalan anggota badannya.
Disebutkan dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id Al’Khudri r.a yang dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
Artinya: “Jika waktu pagi tiba seluruh anggota badan menyatakan ketundukannya terhadap lisan dengan mengatakan, ‘Bertakwalah kepada Allah terkait dengan kami karena kami hanyalah mengikutimu. Jika engkau baik maka kami akan baik. Sebaliknya jika kamu melenceng maka kami pun akan ikut melenceng.” (HR. At-Tirmidzi)
Jika di bulan Ramadan kita mampu menahan lisan untuk berkata kotor, keji apalagi berdusta dan memfitnah orang lain, maka setelah ini Kita juga harus mampu menjaganya. Sehingga dengan selamatnya lisan kita dari kemaksiatan akan membawa keselamatan anggota badan dari kemaksiatan lainnya.
Karya: Desi
Editor: Cerpen