Selasa, 18 Juni 2024

POLA KEBERAGAMAAN MASYARAKAT DUSUN TANJUNG WARAS, TETAP PERTAHANKAN NILAI SPIRITUAL

 [ Opini ]

Masyarakat Dusun Tunjung Waras dalam melaksanakan kegiatan keagamaan

Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki keragaman budaya, suku, bahasa, dan agama. Dusun Tanjung Waras contohnya, yang menjadi salah satu wilayah dari sebuah desa yang bernama Merak Batin dan terletak di provinsi Lampung. Masyarakat dusun Tanjung Waras memiliki keragaman dalam memeluk agama, terdapat fenomena terbentuknya pola keberagamaan masyarakat yaitu realitas sosial yang direpresentasikan oleh organisasi Nahdlatul Ulama.

Nahdlatul Ulama merupakan salah satu organisasi yang berkembang di Dusun Tanjung Waras, Merak Batin, Natar, Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Awal mula berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama yaitu pada 16 Rajab 1344 H di Surabaya, dengan mengajarkan paham ahlussunah wal jamaah. Agama dipahami sebagai bentuk keyakinan dan menjadi inti dari sistem nilai untuk menjadi pendorong dan pengontrol tindakan anggota masyarakat agar tetap sesuai dengan nilai-nilai ajaran agamanya. 

Pola keberagamaan masyarakat desa dapat berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor, seperti perubahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Agama menjadi sumber kekuatan semangat bagi umat dalam menjalani rutinitas kehidupannya. Nilai-nilai spiritualitas agama dapat menghidupkan kekuatan dalam diri umat untuk mampu menghadapi berbagai permasalahan hidup. Peran agama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Peran agama sangat penting dalam menghidupkan nilai-nilai moralitas, memberikan kekuatan semangat, mengatur pola perilaku, mengembangkan masyarakat, dan menghadapi perubahan sosial.

Pola dakwah yang berkembang di Dusun Tanjung Waras mempengaruhi konstruksi masyarakat. Dakwah yang kurang tepat dapat merapuhkan masyarakat, sedangkan dakwah yang tepat dapat memperkokoh masyarakat. Keterikatan masyarakat pada sosok tokoh agama yang menginisiasi dalam dakwahnya mempengaruhi pola keberagamaan masyarakat yang berkembang di dusun Tanjung Waras. Kegiatan-kegiatan keberagamaan banyak diselenggarakan di Dusun Tanjung Waras, serta diikuti oleh mayarakat sekitar tanpa memandang agama, budaya, dan suku. 

Membangun karakter religius masyarakat Dusun Tanjung Waras dengan mengembangkan ikatan yang kuat dengan agama dan nilai-nilai keagamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mengembangkan identitas lokal dengan mengembangkan budaya dan nilai-nilai tradisional. Masyarakat dusun Tanjung Waras harus mempertahankan nilai-nilai lokal yang ada, dan harus tetap dilaksanakan di dusun Tanjung Waras. Keberagamaan ideal untuk Indonesia dapat dilihat sebagai keberagamaan yang mempertahankan nilai-nilai universal dan memperhatikan keberagamaan yang berbeda-beda tetapi tetap satu. 

Dalam konteks Indonesia, keberagamaan ideal harus mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperhatikan keberagamaan yang berbeda-beda tetapi tetap satu. Keberagamaan ideal untuk Indonesia juga harus memperhatikan peran Pancasila sebagai dasar negara yang mengharmonikan kewajiban dan hak negara dan warga, serta mengharmonikan kewajiban dengan hak, telah menjadi titik temu keberagamaan di Indonesia, karena keberagamaan adalah inti dari ajaran beragama.

Dengan demikian, keberagamaan ideal dapat membantu masyarakat Indonesia dalam mencari ketenangan hidup yang lebih baik dan mempertahankan nilai-nilai spiritual yang dimiliki. Mempertahankan keberagaman budaya merupakan salah satu cara untuk mencapai keberagamaan yang ideal. Pola dakwah yang berkembang di dusun Tanjung Waras mempengaruhi konstruksi masyarakat. Dakwah yang kurang tepat dapat merapuhkan masyarakat, sedangkan dakwah yang tepat dapat memperkokoh masyarakat. Keterikatan masyarakat pada sosok tokoh agama yang menginisiasi dalam dakwahnya mempengaruhi pola keberagamaan masyarakat yang berkembang di Dusun Tanjung Waras.

Rep: Riski Mayang 

Editor: Cerpen