[ Artikel ]
Sumber: cnnindonesia.com |
Buku menjadi sebuah jendela dunia. Tanpa travelling pun kita tahu seluk beluk dunia dengan membaca buku dan buku menjadi pintu penghubung dengan dunia. Sangat banyak peran buku di kehidupan, diantaranya melatih fokus dan konsentrasi, mendapatkan banyak pengetahuan, meningkatkan kinerja otak, sampai dapat mengurangi stres.
Di Indonesia, minat baca masih terbilang sangat rendah. Berdasarkan riset Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) 2021 dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 2022, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang yang gemar membaca diantara seribu orang lainnya.
Maka dari itu Indonesia memilih satu hari dalam setahun untuk memperingati Hari Buku Nasional atau (Harbuknas) tepatnya pada tanggal 17 Mei. Dengan tujuan untuk menumbuhkan minat baca dan literasi masyarakat Indonesia, dikutip melalui laman detik.com tanggal tersebut dicetuskan pertama kali oleh Menteri Pendidikan Nasional dan Kabinet Gotong Royong pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Hardiknas tersebut pertama kali ditetapkan pada tahun 2002 bersamaan dengan perayaan 22 Tahun Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sendiri didirikan pada 17 Mei 1980.
Menteri Pendidikan Nasional dan Kabinet Gotong Royong yang mencetuskan tersebut ialah Abdul Malik Fadjar. Dikutip melalui laman detik.news beliau mencetuskan hari tersebut karena keprihatinan beliau atas minat baca masyarakat yang masih kurang dan akhirnya mendorong dirinya untuk mencetuskan Hardiknas, agar bisa menarik minat masyarakat untuk membaca. Selain itu, adanya peringatan tersebut diharapkan menunjang sistem kualitas di tanah air.
Tidak ada alasan untuk kita yang merasa kurangnya motivasi dalam membaca buku. Kurangnya motivasi misalkan karena faktor kesibukan, sulit memahami, mahalnya harga buku, dan sebagainya. Dikutip melalui laman kompas.com, Lukman Solihin selaku peneliti dipusat penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan, Badan Penelitian dan pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang seperti gadget dan perangkat elektronik lainnya.
Karena di zaman sekarang kecanggihan teknologi memang dapat membantu memudahkan segala aktivitas maupun kegiatan yang ada, namun dalam kecanggihan yang ada semakin membuat mereka malas untuk membaca, mereka lebih suka bermain gadget seperti bermain game atau pun menonton dibandingkan membaca buku melalui media online.
Namun seharusnya dengan adanya teknologi yang ada bukan menjadi halangan untuk bermalas-malasan dalam membaca, dapat dikaitkan kembali bahwasannya membaca adalah hal yang sangat penting karena dapat mengasah daya ingat dan juga dapat meningkatkan kerja otak.
Maka dari itu, diciptakannya Hardiknas adalah momen khusus untuk mempromosikan budaya literasi dan menekankan pentingnya membaca di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui perayaan ini, diharapkan dapat tercipta budaya literasi yang lebih kuat, sehingga dapat membawa dampak positif dalam pembangunan intelektual, pendidikan, dan sosial masyarakat.
Selain itu, Hari Buku Nasional juga menjadi momentum untuk memahami buku dan peran buku dalam masyarakat juga menjadi promosi buku karya anak bangsa dan meningkatkan penghargaan terhadap profesi penulis, penerbit maupun terhadap isi yang ada dalam buku tersebut.
Karya: Lia Hanisa
Editor: Cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar