[ Opini ]
Sumber: Mutia Ainun |
Di era sekarang ini, kita dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan Tuhan yang masih menjadi misteri dan sudah lama diperdebatkan oleh para filsuf, ilmuan, dan pemikir dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Ada berbagai argumen serta sanggahan yang dikemukakan mengenai keberadaan Tuhan, baik dari sudut pandang agama maupun ilmiah. Berbagai metode dan argumentasi muncul sebagai bentuk keaktifan pikiran manusia dalam upaya memperoleh kebenaran. Namun, saya rasa tidak ada bukti yang benar-benar konklusif untuk membuktikan atau membantah keberadaan Tuhan secara pasti.
Kebebasan pikiran yang dimiliki manusia menyebabkan segala hal selalu ingin diketahui secara mendalam, termasuk juga berupaya mencari kebenaran tentang Tuhan. Sebagai makhluk yang terbatas, tentu memahami sesuatu yang tanpa batas, bukan hal yang mudah untuk dilakukan bahkan bisa dikatakan sebagai sesuatu yang mustahil terwujud. Namun sebagai makhluk yang dianggap paling sempurna diantara makhluk yang lain karena memiliki kelebihan yaitu berpikir, manusia harus terus berupaya berpikir kritis terhadap segala hal termasuk di dalamnya untuk mampu memperoleh kebenaran tentang Tuhan.
Dari sudut pandang agama, kitab suci dan wahyu dianggap sebagai bukti keberadaan Tuhan. Namun, bagi mereka yang tidak menganut agama tertentu, bukti ini mungkin tidak cukup meyakinkan. Di sisi lain, dari sudut pandang ilmiah, ada beberapa teori dan penemuan yang dianggap menunjukkan adanya “desain cerdas” di alam semesta, seperti kompleksitas dan keseimbangan alam. Namun, teori-teori ini juga masih diperdebatkan dan belum bisa menjawab pertanyaan tentang keberadaan Tuhan secara definitif.
Dalam kajian filsafat dan agama, argumentasi keberadaan Tuhan sangat penting untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan memahami sifat-Nya. Berbagai argumen tersebut telah dikemukakan oleh para filsuf dan teolog sejak lama dan terus dikembangkan hingga saat ini. Mulai dari argumen kosmologis, argumen teleologis, argumen ontologis, argumen paskal, argumen moral, hingga argumen religious experience. Disamping itu, semua argumen tersebut tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan mengetahui bukti adanya Tuhan, melalui berbagai argumen yang ada, maka kita tahu bagaimana cara memahami tuhan dan jalan terbaik dalam memahaminya.
Melihat perdebatan mengenai bukti adanya Tuhan, salah satunya muncul dalam platform youtube Dedy Corbuzer konten Login di Close The Door pada 26 Maret 2024 episode “Hei Bib. Apa buktinya Tuhan itu ada? Habib: yuk mualaf kalau open minded”. Dalam diskusi tersebut mendatangkan Sabrang sebagai bintang tamu.
Inti dalam diskusi tersebut yaitu bagaimana Agama menjawab siapa yang mencipta dan mengapa sesuatu itu tercipta, sedangkan Sains menjawab bagaimana sesuatu itu dapat tercipta. Seperti kutipan Albert Einstein, “Alam semesta itu menakjubkan, hanya Tuhan yang bisa menciptakannya. Tugasku mencari tahu bagaimana Dia melakukannya.” Sabrang mengatakan secara science bahwa "Tuhan menciptakan perhitungan, sedangkan Tuhan itu tak terhingga (tak dapat diperhitungkan)" bukan berarti Tuhan itu tidak ada, namun kitalah yang tak mampu menjangkaunya.
Dalam diskusi tersebut mereka menggunakan argumen sebab akibat. Segala sesuatu yang ada di dunia pasti ada sebabnya dan nanti akan ada ujung (endingnya) “kausal prima” apa yang menyebabkan sebab pertama. Tidak ada yang tidak ada sebabnya. Dan akan berhubungan dengan kausal prima (sebab yang awal). Tapi tidak tahu sebab yang awal yang mana dan tidak tahu. Habib mengatakan bahwa sebab yang awal adalah sesuatu yang berbeda dari sebab-sebab lainnya. Ada sebab akibat dimana semua sudah diprediksi oleh Tuhan.
Ada sesuatu hal yang tidak akan bisa kita ketahui. Kalau ada orang yang mengklaim menemukan Tuhan dari sains artinya itu bukan Tuhan. Karena Tuhan tidak bisa ditemukan dengan perangkat sains. Karena sains sesuatu yang materi, sedangkan Tuhan diluar materi. Menurut Habib, Tuhan adalah pencipta materi. Hal yang ditemukan hanya gejalanya bukan penciptanya. Tidak ada kesimpulan lain selain Tuhan, tidak ada penjelasan lain selain Tuhan. Karena ketidakterbatasan, kita tidak mengetahui di luar ketidakterbatasan tersebut. Sains tidak bisa memberikan hipotesis terhadap kehidupan setelah mati, yang bisa hanyalah agama. Agama menjelaskan apa yang tidak bisa dijelaskan oleh sains. Dalam attitude sains, seorang saintisis: Setidak suka terhadap hipotesis jika tidak ada pilihan lain “harus digunakan”, karena tidak ada pilihan yang lebih baik.
Tuhan adalah ruang pengetahuan yang termurni setelah kita melacak semua pengetahuan ujung-ujungnya kita mengetahui ada sesuatu yang tidak kita tahu, yang kita tahu bahwa itu ada.
Berbicara mengenai Tuhan nyaris tak terbatas. Apalagi tuhannya pasti tidak terbatas.
Pada akhirnya, keyakinan akan keberadaan Tuhan sangat bergantung pada perspektif individu, pengalaman pribadi, dan interpretasi terhadap bukti-bukti yang ada. Bagi sebagian orang, keberadaan Tuhan adalah suatu kebenaran mutlak, sementara bagi yang lain, keberadaan Tuhan masih merupakan misteri yang belum terpecahkan.
Yang terpenting adalah menjaga keyakinan masing-masing individu dan tetap terbuka untuk terus mempelajari dan memahami sudut pandang yang berbeda. Meskipun kita mungkin tidak menemukan jawaban yang pasti, proses pencarian dan diskusi tentang keberadaan Tuhan itu sendiri dapat memperkaya wawasan kita tentang kehidupan dan makna dari keberadaan kita di alam semesta.
Akhirnya, untuk memahami adanya Tuhan dapat dilakukan dengan mengetahui bukti adanya Tuhan melalui berbagai argumen-argumen yang ada. Dengan begitu maka kita akan tahu bagaimana cara memahami Tuhan dan jalan terbaik dalam memahaminya. Daripada selalu mencari tahu “apakah bukti Tuhan ada”, cobalah untuk membuktikan “apakah Tuhan tidak ada”. Tidak akan bisa karena setiap agama bahkan mendeskripsikan tentang Tuhan maka akan muncul satu pertanyaan “Tuhan yang mana?” setiap orang pasti akan membuktikan “sesuatu yang ada” bukan “yang tidak ada” Terutama jika klaim tersebut berlawanan dengan azas kenormalan yang ada. Prinsipnya an extraordinary claim requires extraordinary evidence. Butuh sesuatu yang luar biasa untuk membuktiikannya dan Tuhan adalah sesuatu yang luar biasa itu.
Stuarst chase; “urusan Tuhan tidak perlu dicari, karena urusan Tuhan adalah percaya dan tidak percaya. Bagi mereka yang sudah percaya bukti tidak penting. Bagi mereka yang tidak percaya tidak perlu ada bukti dan tidak perlu mencari bukti.” Seseorang yang sudah percaya Tuhan, maka ia tidak akan pernah mempertanyakan lagi bukti keberadaan Tuhan, jika ia masih mempertanyakan artinya ia belum percaya.
Karya: Mutia Ainun
Editor: Cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar