[ Artikel ]
Sumber: Pinterest |
Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik, finansial, maupun mental. Ibadah ini setidaknya dilakukan sekali seumur hidup dan dilaksanakan di Mekah, Arab Saudi, pada bulan Dzulhijjah, tepatnya pada tanggal 8–10 Dzulhijjah.
Ketika kita ingin melaksanakan Ibadah Haji ke Tanah Suci, kita tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan saja. Namun, ada syarat yang wajib dipenuhi oleh umat Islam jika ingin berhaji, diantaranya
1. Wajib beragama Islam
2. Berakal sehat
3. Sudah mencapai usia dewasa
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Kuat untuk menjalankan rangkaian Ibadah Haji di Tanah Suci secara keseluruhan
6. Mampu secara fisik, mental, dan materi
7. Merdeka, yang artinya bukan seorang budak.
Selain harus memenuhi syarat wajib, umat Islam yang akan melaksanakan Ibadah Haji juga perlu memperhatikan rukun haji. Rukun haji artinya adalah segala kegiatan yang harus dilaksanakan selama rangkaian ibadah haji di Tanah Suci. Rukun haji tersebut seperti memakai Ihram, Wukuf, Tawaf, Sa'i, Tahallul, dan Tertib.
Dikutip melalui Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama, yang menjelaskan bahwa sejarah Ibadah Haji tidak terlepas dari andil besar nabi Ibrahim a.s. Pertama kali Allah Swt. perintahkan pembangunan ka'bah kepada nabi Ibrahim yang tujuannya untuk dijadikan sebagai kiblat umat muslim.
Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyebarkan ajaran tauhid dengan cara menyembah Allah. Abu Al- Tauhîd adalah julukan nabi Ibrahim a.s., namun dibalik gelarnya tersebut, terdapat lika-liku panjang yang harus dihadapi. Pada saat itulah, nabi Ibrahim telah rampung menyelesaikan bangunan ka'bah dan beliau akhirnya menyerukan ajaran untuk menyembah dan menyerukan ajakan untuk menziarahi ka'bah dengan tujuan beribadah kepada Allah semata.
Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril atas kuasa Allah, diperintahkan untuk melakukan thawâf sebanyak tujuh kali dan berlari-lari kecil di antara bukit Shafâ dan bukit Marwâ. Sejak saat itulah ibadah haji mulai diwajibkan untuk umat muslim.
Haji juga mampu menghilangkan sifat kefakiran yang sebelumnya ada dalam diri manusia. Ibadah ini dijanjikan bisa menghapus dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu. Oleh sebab itu, bagi kita yang mampu secara fisik dan finansial, dianjurkan untuk melaksanakan ibadah haji untuk memenuhi rukun Islam kelima ini.
Dikuti melalui laman prudentialsyariah.co.id Imam Al-Hafizh Zakiyyuddin Abdul Azhim bin Abdul Qawiy Al-Mundziri dalam At-Targhib wat Tarhib minal Haditsis Syarif menghimpun hadits Nabi Muhammad saw seputar keutamaan ibadah haji. Dalam kitab tersebut dinyatakan, terdapat keutamaan ibadah haji diantaranya
1. Ampunan bagi yang melaksanakannya dan orang-orang yang dimintakan ampun oleh jamaah haji tersebut, pengabulan do'a, surga, hak memberikan syafa'at kepada keluarga
Berikut ini salah satu riwayat yang dikumpulkan oleh Imam Al-Mundziri yang dikutip melalui laman nu.or.id, penghapusan dosa bagi jamaah haji yang tidak berbuat maksiat.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya: “Dari sahabat Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Siapa saja yang berhaji, lalu tidak berkata keji dan tidak berbuat dosa, niscaya ia pulang (suci) seperti hari dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari, Muslim, An-Nasai, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
2. Surga bagi jama'ah haji yang mabrur, jama'ah haji dengan kualitas mabrur mendapat banyak keuntungan dari Allah Swt
Salah satu keuntungan itu adalah surga-Nya. Dalam Riwayat Bukhari, Rasulullah saw. menyampaikan bahwa surga sebagai balasan bagi jamaah haji yang menyandang predikat mabrur dari Allah Swt.
3. Terbukanya Pengampunan Dosa
Keutamaan haji yang dalam hal pengampunan dosa sangatlah besar. Melalui berbagai tahapan ibadah haji, seorang Muslim mendapatkan kesempatan untuk meraih ampunan dari Allah Swt, menghapus dosa-dosa masa lalu, dan memulai kehidupan baru dengan lebih bersih dan suci. Pengalaman spiritual ini tidak hanya memberikan ketenangan batin tetapi juga memperkuat komitmen untuk menjalani hidup yang lebih taat dan berakhlak mulia.
4. Jamaah haji yang meninggal dibangkitkan dengan talbiyah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ وَاقِفٌ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِعَرَفَةَ فَوَقَعَ عَنْ رَاحِلَتِهِ فَأَوْقَصَتْهُ أَوْ وَقَصَتْهُ فَمَاتَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَكَفِّنُوهُ فِى ثَوْبَيْنِ وَلاَ تُحَنِّطُوهُ وَلاَ تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ فَإِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّيًا
Artinya: “Dari sahabat Ibnu Abbas ra, ia bercerita, ketika sedang (wukuf) bersama Rasulullah di Arafah, seseorang tiba-tiba terjatuh dari kendaraannya, lalu membuat lehernya patah, kemudian meninggal dunia. Rasulullah saw. mengatakan, "Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara, kafankanlah pada dua lapis. Jangan berikan obat pengawet dan jangan tutup kepalanya karena Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ibnu Khuzaimah
Dengan demikian, Haji memiliki keutamaan yang sangat besar dalam hal penghapusan dosa, jaminan surga, do'a yang mustajab, kebangkitan dengan talbiyah, penebusan kesalahan, dan peningkatan spiritual serta moral. Ibadah ini tidak hanya memberikan manfaat di akhirat tetapi juga mempengaruhi kehidupan duniawi dengan perbaikan diri dan hubungan sosial yang lebih baik.
Keutamaan-keutamaan tersebut menunjukkan betapa penting dan mulianya Ibadah Haji dalam Islam. Setiap muslim yang memiliki kemampuan hendaknya berusaha untuk menunaikan Haji sebagai bentuk ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Karya: Dina Amala
Editor: Cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar