[ Artikel ]
![]() |
Sumber: solo.ayoindonesia.com |
Setiap tanggal 8 Maret, dunia merayakan Hari Perempuan Internasional sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan perempuan dalam berbagai bidang. Salah satu tokoh inspiratif yang patut dikenang dalam momen ini adalah Roehana Koeddoes, sosok pionir dalam dunia jurnalistik Indonesia yang dengan gagah berani memperjuangkan hak-hak perempuan melalui tulisan dan pendidikannya.
Dikutip dari nu.or.id, Roehana Koeddoes lahir dengan nama Siti Ruhana pada tanggal 20 Desember 1884 di desa Koto Gadang desa Nagari, Kabupaten Agam, di pedalaman Sumatera Barat, Hindia Belanda. Setelah kematian ibunya pada tahun 1897, Roehana kembali ke Koto Gadang dan menjadi semakin tertarik untuk mengajar gadis-gadis di sana belajar kerajinan tangan dan membaca Al-Qur’an.
Kesadaran Roehana terhadap ketidakadilan yang dialami perempuan mendorongnya untuk mendirikan Soenting Melajoe pada tahun 1911, sebuah surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang berbasis di Sumatera Barat. Surat kabar ini menjadi platform bagi perempuan untuk mendapatkan informasi, meningkatkan kesadaran akan hak-haknya, serta belajar tentang berbagai hal, mulai dari pendidikan, sosial, hingga politik.
Melalui Soenting Melajoe, Roehana bukan hanya sekadar menulis, tetapi juga menggerakkan perempuan untuk lebih berani bersuara dan memperjuangkan hak mereka. Dalam tulisan-tulisannya, ia menyoroti pentingnya pendidikan bagi perempuan agar mereka tidak terus-menerus terpinggirkan oleh budaya patriarki yang kuat saat itu.
Dedikasi dan perjuangan Roehana Koeddoes akhirnya mendapatkan pengakuan dari negara. Pada tahun 2019, ia secara resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah. Penghargaan ini menjadi simbol atas jasanya dalam memperjuangkan hak perempuan dan membuka jalan bagi banyak perempuan Indonesia untuk berkarya di dunia jurnalistik maupun pendidikan.
Roehana Koeddoes adalah bukti nyata bahwa suara perempuan memiliki kekuatan besar untuk membawa perubahan. Di era digital ini, semangatnya dapat diteruskan melalui berbagai platform, dari media sosial hingga jurnalistik modern. Perjuangannya mengajarkan bahwa pendidikan dan keberanian untuk bersuara adalah kunci utama dalam menciptakan perubahan yang lebih baik.
Karya: Tari
Editor: Indepth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar