Senin, 01 Oktober 2018

TAKDIR WAKTU



Malam menjelang pagi ini aku menulis surat yang panjang dibawah rembulan yang terang namun aku masih tetap menyalakan lilin kecil disampingnya, karena fajar tepat sebelum matahari terbit adalah bagian malam yang tergelap.  Ditaman yang gelap ini dengan ditemani seekor burung tanpa nama memandang kelangit seolah diriku yang entah menerawang apa diatas sana. Setelah fajar berlalu, aku menutup mataku, membiarkan embun dan pagi yang merah berlalu, membawa kenangan dan memori yang berterbangan.

Pada hari itu aku baru saja 10 hari tiba di Jakarta, sebelumnya aku tinggal dan bersekolah di Amerika. Ayah mendaftarkanku di sekolah yang baru. Tak butuh waktu lama untukku beradaptasi dengan lingkungan yang sebelumnya sudah kukenali.  Diujung lorong disana aku melihat bayangan diriku dan teman-temanku yang tertawa bahagia, namun itu segera sirna ketika bel berdenting. Seseorang dari luar jendela menyita perhatianku di sela-sela guru menjelaskan pelajaran. Dia sedang duduk dengan ekspresi sedih dengan ditemani headset yang menempel dikedua telinga nya. Dia, wanita yang dahulu datang membawa setitik harapan pudar.

11 juli 2016, Hari itu aku bertemu denganmu di sebuah stasiun kereta api. Aku bisa melihatmu dari sini yang sedang menyebrang dengan berlari-lari kecil. Kau bahkan tidak melihat kearahku saat berpapasan. Tapi kau tak sengaja menjatuhkan sebuah buku diary berwarna merah. Aku membuka perlahan lembaran demi lembaran itu, setitik harapan muncul di benakku. Apa aku masih bisa memperbaiki semuanya? Jadi, siapa dia?

Istirahat pertama tiba, Tayson datang kepadaku dengan wajah cemas. Aku hanya diam menunggu dia membuka pembicaraan.
“adik kelasmu Jake, mengalami kecelakaan malam itu” ucapnya dengan suara bergetar.
"Malam itu dia ingin mengunjungimu, tetapi kau tidak ada disana" lanjutnya.
Malam itu memang aku menyuruhnya untuk datang kerumahku, agar ia tidak bertemu dengan sekelompok orang jahat yang datang kerumahnya.

“Jeff, coba untuk mengingat apa yang akan terjadi disini jika kau kembali? Apa semuanya akan berubah? Sudah berapa kali kau mengubah semuanya?” Aku menghempaskan tangannya dengan kasar. Tayson terus membicarakan tentang memory dan memory. Namun yang aku ingat hanyalah hal-hal buruk. Aku mencoba untuk kembali tetapi Tayson menahanku.
Karena hanya Tayson yang tahu bahwa aku bisa menjelajah waktu, aku ingin kembali ke malam itu untuk menyelamatkan Jake.

“tidak ada gunanya kau memutar waktu kembali, Jake akan tetap seperti itu” aku bersikeras untuk kembali tetapi Tayson tetap menahanku sehingga kami mengalami perkelahian. Punggungku menabrak dinding dan langsung terjatuh.
“apa kau baik-baik saja?” tanya Tayson. Aku melihat kearah dinding itu, ingatanku berputar. Didalam ruangan itu aku, Tayson, Jake dan Remy pernah menghabiskan waktu bersama ditempat itu. Saat itu waktu yang sama juga aku dan Tayson terlibat perkelahian yang mengakibatkan Tayson tiada. Aku mengerjap dan merasakan pusing, air mata ku terjatuh. Tayson mencoba untuk menenangkanku, Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan di masa lalu.

Pagi itu Remy menemukan sebuah buku diary berwarna merah di dalam lokerku. Aku dengan cepat merebut diary itu dari tangannya sampai membuat Remy terkejut. Ini adalah sebuah diary yang wanita itu tinggalkan untukku. Diary yang ia catat dengan teman-temannya. Wanita itu mengalami hal yang sama dengan yang dialamiku. Tetapi dia membuat kesalahan dan berlari. Isi diary itu penuh dengan kegagalan dan dia menyerah yang membuat teman-temannya kecewa. Ia juga menyesal disaat ada waktu untuk kembali dia malah berlari.

“maaf” kata Remy karena telah lancang memegang barang milik orang lain. Aku mencoba tersenyum walau hatiku penuh dengan kekalutan.
“aku ingin mengisi bensin, gara gara kau bensin motorku habis” kata Remy bergurau lalu pergi meninggalkanku. Disaat Remy sudah tak lagi terlihat dihadapanku, kepalaku kembali pusing. Aku segera menghampiri Remy kesana dengan cara apapun. Selama perjalanan aku kalut, mengapa aku membiarkannya pergi. Dulu Remy terus bepergian dengan motornya hingga ia mengalami kecelakaan, aku mencoba untuk memutar waktu dan menghabiskan bensin miliknya agar dia tidak bisa pergi. Tapi kejadian itu berlalu dengan cepat. saat itu Remy sedang mengisi bensin, tetapi disampingnya ada orang yang sedang memegang sebatang rokok, yang mengakibatkan tempat itu meledak hebat.

Aku melihat Remy dari kejauhan, dia belum sampai. Aku mencoba untuk menyusulnya. Kulihat didepan Pom bensin itu juga ada orang yang memegang sebuah rokok. Aku berteriak memanggil namanya, untungnya dia berbalik kearahku dan mengatakan “ada apa?”.

Aku membawa Remy menjauh dari tempat itu.
“kamu kenapa sih Jeff?” tanyanya. Aku terus menunduk dan tak lama terdengar ledakan dari arah tempat pom bensin itu. Air mata ku kembali jatuh, sedangkan Remy masih tak percaya apa yang dilihatnya, saat itu juga dia memelukku.

Aku merebahkan diriku diatas sofa, bunyi telepon terus berdering seakan tidak mengijinkanku untuk beristirahat. Itu dari Tayson. Aku memejamkan mataku. Sungguh aku tidak ingin mendengarkan apa yang ia lontarkan.

“Halo,jeff?” ucap tayson.
“apa kau tahu dimana Remy?” lanjutnya. Aku memijit keningku sendiri. apa yang akan terjadi lagi?
“bukankah dia baru saja pulang?” jawabku.
“aku mencoba untuk menghubunginya tetapi tidak bisa”
“ada apa?”
“aku sangat membutuhkannya”
Aku segera berlari menuju rumah Remy, kulihat Remy yang sedang menelpon seseorang. Aku menghela nafas. Setidaknya dia baik-baik saja. kemudian dia menatapku dengan tatapan sedih, oh ada apa lagi ini?
Remy segera membawaku kerumah Tayson. Yang kulihat adalah Tayson yang sedang bertengkar dengan ayahnya. Remy mencoba untuk menolong Tayson yang hampir dilempar beling oleh ayahnya, tetapi itu meleset dan mengenai Remy dan tak lama polisi datang.


Aku membuka mataku perlahan, matahari sudah mulai terik mengenai wajahku. Surat panjang yang tadi pagi aku tulis sudah selesai tetapi burung tanpa nama yang menemaniku sudah tidak ada entah terbang kemana. Aku menghela nafas diantara suara deru kendaraan yang memulai aktifitasnya. Aku tersadar, tidak ada gunanya merubah masa lalu atau masa depan. Aku hanya perlu ketempat yang seharusnya aku berada. Biarkan semuanya berjalan sesuai yang seharusnya. Karena takdir itu ada ditangan Tuhan dan tidak bisa dirubah. Yang aku lakukan sekarang adalah berusaha melakukan yang terbaik supaya hal-hal buruk yang terjadi tidak semakin buruk dan lebih menghargai waktu.

Oleh : Devi Rahmadona (KPI/18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar