Jumat, 28 Februari 2020

Stigma Masyarakat Terhadap Psikologi

Opini



Dunia pendidikan sekarang semakin berkembang. Apalagi sejak kemajuan peradaban barat, hal itu mempengaruhi pertumbuhan juga meluasnya ilmu pengetahuan yang semakin global. Dalam dunia kita, banyak sekali pengetahuan asing yang di pelopori para ilmuwan barat. Salah satu yang kini ada yaitu ilmu psikologi.

Psikologi adalah sebuah ilmu yang konsentrasinya dan sebagai salah satu objek kajiannya adalah jiwa dan prilaku mental seseorang. Jadi tidaklah salah jika kita menyebut ilmu psikologi dengan ilmu kejiwaan atau sebuah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan dan bagaimana prilaku seseorang. Banyak stereotip yang berkembang tentang psikologi. Mereka menganggap belajar psikologi tidak ada gunanya. Karena secara fisik, jiwa itu tidak dapat dilihat, jadi untuk apa mempelajari sesuatu yang tidak tampak oleh mata meskipun realitasnya jiwa itu memang ada. Mereka juga menganggap, menjadi psikolog adalah sebuah profesi yang tidak jauh berbeda dengan tempat sampah, menjadi tempat pembuangan masalah dan meminta solusi untuk penyelesaian masalah tersebut.karna seorang psikolog menampung masalah2 klien nya yang sering kali bermacam2 problematika nya, Ada lagi, dan ini yang paling ironis sekali. katanya, Hanya orang yang mengalami kelainan jiwa yang mau masuk psikologi. Dan stigma yang ada di masyarakat bahwa orang yang pergi ke psikolog/psikiater adalah orang yg memiliki gangguan jiwa bahkan di cap GILA. 

Begitulah! Ada begitu banyak anggapan mereka tentang psikologi. Dan sebagai seseorang yang kuliah di jurusan psikologi, pastinya ada perasaan tersinggung dengan adanya penilaian yang sebelah mata itu. Coba bila mereka lebih membuka mata sedikit saja, apa jadinya bila dunia ini tanpa adanya psikolog. Pasti akan hancur, karena tidak adanya penanganan yang berarti bagi para pengidap gangguan jiwa, dan bisa dipastikan pula, angka itu akan terus bertambah karena masalah yang timbul juga semakin kompleks dan tak ada bantuan pemecahan masalah dari orang yang ahli untuk bisa menyelesaikannya. Tak aneh lagi memang psikolog dijadikan sebagai tempat mengeluh, sebagai tempat pelarian bila sudah tidak menemukan jalan keluar lagi.

Seseorang tidak terikat usia untuk terkena masalah kejiwaan maupun mental, karena rentan usia apapun bisa mengalami gangguan tersebut, berbagai macam yang paling sering kita jumpai seperti stress, trauma, bahkan depresi dan penyakit mental lain nya baik itu berupa bawaan cacat lahir ataupun pengalaman2 buruk yang pernah terjadi pada diri seseorang. Maka dari itu patutnya kita mengubah konsepsi berfikir untuk open minded terhadap masalah2 seperti itu yang terjadi di sosial kita, perlunya dukungan dan kontribusi masyarakat dalam perubahan sosial yang lebih baik lagi, sehingga merubah stigma negatif yang terkungkung di pikiran masyarakat awam sehingga menjadi lebih terbuka.

By : S A

1 komentar:

  1. Unch banget si, tau aja gua lagi butuh tentang ginian. Lain kali bikin opini tentang kesehatan mental dong, ditunggu opini selanjut nya kak

    BalasHapus